Teknik Evaluasi Esai


TEKNIK EVALUASI TES ESAI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

A.    Pengertian Tes Esai
Secara ontologi, tes esai merupakan salah satu bentuk tes tertulis yang susunannya terdiri atas item-item pertanyaan yang masing-masing mengadung permasalahan dan menuntut jawaban siswa melalui uraian-uraian kata yang merefleksikan kemampuan berpikir siswa.[1] Hal ini senada dengan definisi yang dikemukan Oemar Hamalik yang mengartikan tes essay sebagai salah satu bentuk tes yang terdiri dari satu atau beberapa pertanyaan yang menuntut jawaban tertentu dari siswa secara individu berdasarkan pendapatnya sendiri. Setiap siswa memiliki kesempatan memberikan jawabannya sendiri yang berbeda dengan jawaban siswa lainnya.[2] Tes esai juga disebut sebagai tes dengan pertanyaan terbuka, karena siswa menjawab pertanyaan yang diberikan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.[3]
Tes esai sangat populer di kalangan pendidikan tinggi. Penggunaannya dimulai sejak tahun 2300 SM di Cina hingga sekarang. Kepopuleran tes esai ini disebabkan karena lebih mudah untuk menyiapkannya dibandingkan dengan tes objektif, meskipun dalam hal memeriksanya lebih rumit. Disamping itu, juga memberikan keamanan bagi penguji.[4] Artinya, jawaban soal esai yang diberikan siswa mewakili gambaran kemampuan dan pemahaman yang dimilikinya.
Ciri-ciri pertanyaan esai didahului dengan kata-kata seperti uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan sebagainya. Soal-soal esai biasanya tidak banyak jumlahnya, hanya sekitar 5-10 buah soal dalam waktu kira-kira 90-120 menit. Soal-soal bentuk esai menuntut kemampuan siswa untuk dapat mengorganisir, menginterpretasi, dan menghubungkan pengertian-pengertian yang telah dimiliki.[5] Sebab itu, dalam tes esai memungkinkan jawaban yang bervariasi dari siswa, karena jawaban yang diberikan bersifat subjektif. Tes esai biasanya digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif yang relatif tinggi dan kompleks. Berikut ketentuan penggunaan tes esai:
1.      Kelompok yang akan dites dalam jumlah kecil.
2.      Tes itu tidak digunakan untuk berulang-ulang.
3.      Tester (guru) ingin menggunakan berbagai cara untuk mengetahui kemampuan siswa dalam bentuk tertulis.
4.      Guru ingin mengetahui lebih banyak tentang sikap-sikap siswa daripada hasil yang telah dicapai.
5.      Memiliki waktu yang banyak untuk menyusun tes.[6]
B.     Jenis-jenis Tes Esai
Tes esai dibagi berdasarkan ruang lingkup dan penskrorannya. Berdasarkan ruang lingkupnya tes esai meliputi tes esai bebas dan tes esai terbatas. Sedangkan berdasarkan penskorannya tes esai meliputi tes uraian objektif dan tes uraian non-objektif.
Tes esai berdasarkan ruang lingkupnya:
1.      Tes Esai Jawaban Panjang
Tes esai dikatakan memiliki jawaban panjang, apabila dalam aplikasi tes memerlukan jawaban siswa sacara luas. Evaluator dalam hal ini, memberikan kesempatan kepada para siswa untuk memberikan jawaban secara tuntas dan jelas. Keberadaan tes esai dengan jawaban panjang ini direncanakan oleh para evaluator untuk melihat kemampuan siswa dalam menuangkan ide dalam satu kesatuan yang komprehensif, koherensi, dan sistematis sehingga memberikan kejelasan jawaban.[7]
Contoh:
a.       Allah telah melimpahkan nikmat-Nya yang sangat banyak kepada umat manusia, sehingga manusia tidak akan mampu untuk menghitungnya. Oleh karena itu, sudah sepatutnya kita mensyukuri nikmat tersebut. Jelaskan, bagaimana caranya kita mensyukuri nikmat Allah itu sesuai dengan ajaran Rasulullah!
b.      Di dalam ibadah haji ada istilah rukun dan wajib haji. Kedua-duanya harus dilakukan oleh orang yang naik haji. Jelaskan perbedaan antara rukun dan wajib haji tersebut!

2.      Tes Esai Jawaban Terbatas
Tes esai dikatakan sebagai jawaban terbatas, apabila dalam menjawab para siswa hanya diminta menguraikan ide-idenya secara singkat dan tepat sesuai dengan spasi atau ruang yang disediakan oleh para evaluator. Jawaban pertanyaan tes esai terbatas ini biasanya mengarah kepada jawaban yang lebih spesifik dan lebih pasti seperti kunci jawaban yang telah dibuat evaluator. Tes ini meghendaki jawaban yang bersifat sudah lebih terarah (dibatasi).[8]
Contoh:
Di masa Khulafaur Rasyidin, tercatat tiga peristiwa peperangan antara antara kaum muslimin dalam menghadapi Romawi. Sebutkan dan jelaskan secara singkat ketiga peristiwa yang dimaksud!
Tes esai berdasarkan penskorannya:
1.      Tes uraian objektif
Tes uraian objektif adalah bentuk tes uraian yang butir soalnya memiliki sehimpunan jawaban dengan rumusan yang relatif lebih pasti, sehingga dapat dilakukan penskoran secara objektif (walaupun pemeriksa berbeda namun dapat menghasilkan skor yang relatif sama). Artinya, model tes ini memiliki kunci jawaban yang pasti, sehingga jawaban benar bisa diberi skor 1 dan jawaban salah diberi skor 0.
2.      Tes uraian non-objektif
Tes uraian non-objektif adalah bentuk tes yang butir soalnya memiliki sehimpunan jawaban yang bebas, menuntut siswa untuk mengingat dan mengorganisasikan gagasan-gagasan yang telah dipelajari dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis sehingga dalam penskorannya mengandung unsure subjektivitas (sukar dilakukan secara objektif).[9]
Perbedaan antara tes uraian objektif dengan non-objektif terletak pada kepastian pemberian skor. Pada tes uraian objektif, kunci jawaban dan pedoman penskorannya lebih pasti (diuraikan secara jelas hal-hal/komponen yang diskor dan berapa skor masing-masing komponen tersebut). Sedangkan pada tes uraian non-objektif pedoman penskoran dinyatakan dalam rentang (0-4 atau 0-10), sehingga pemberian skor sedikit banyak akan dipengaruhi oleh unsur subjektif si pemberi skor. Maka untuk mengurangi subjektif ini, dapat dilakukan dengan cara membuat pedoman penskoran secara rinci dan jelas, sehingga pemberian skor dapat relatif sama.[10]
C.    Perbandingan Tes Esai dengan Tes Obyektif
Pernyataan-pernyatan di bawah ini menyimpulkan beberapa persamaan dan perbedaan antara tes esai (TE) dan tes obyektif (TO).
a.       Baik TE maupun TO bisa digunakan untuk mengukur hampir semua hasil pencapaian pendidikan yang penting, yang bisa diukur oleh tes tertulis.
b.      Baik TE maupun TO bisa digunakan untuk merangsang siswa untuk belajar mengerti prinsip-prinsip, mengorganisir dan mengintegrasikan ide-ide, dan menerapkan pengetahuan untuk menyelesaikan masalah.
c.       Soal TE menuntut siswa merencanakan jawabannya sendiri dan mengekspresikannya dengan kata-katanya sendiri. Sedang butir soal TO meminta siswa untuk memilih jawaban diantara beberapa alternatif yang ada.
d.      TE terdiri dari pandangan relatif, pertanyaan-pertanyaan umum yang menghasilkan jawaban yang lebih luas. TO terdiri dari pertanyaan yang spesifik, yang hanya memerlukan jawaban singkat.
e.       Pada TE siswa banyak menghabiskan waktu untuk berpikir dan menulis. Dalam TO waktu siswa banyak digunakan untuk membaca dan berpikir.
f.       Kualitas suatu TO ditentukan oleh ketrampilan penyusun tes. Kualitas TE ditentukan oleh ketrampilan pemberi skor jawaban.
g.      Sebuah TE relatif lebih mudah disiapkan, tetapi agak susah untuk menilai secara akurat. Sebuah TO yang baik, relatif susah untuk menyiapkannya, tetapi mudah dalam menskor.[11]
D.    Kelebihan dan Kelemahan Tes Esai
Tes esai banyak digunakan dalam proses pembelajaran, karena tes esai memiliki beberapa kelebihan, yaitu:
1.      Mengukur proses mental para siswa dalam menuangkan ide ke dalam jawaban item secara tepat.
2.      Mengukur kemampuan siswa dalam menjawab melalui kata dan bahasa mereka sendiri.
3.      Medorong siswa untuk mempelajari, menyusun, merangkai, dan menyatakan pemikiran mereka secara aktif.
4.      Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusunnya dalam bentuk kalimat mereka sendiri.
5.      Mengetahui seberapa jauh siswa telah memahami dan mendalami suatu permasalahan atas dasar pengetahuan yang diajarkan di dalam kelas.[12]
6.      Penyusunannya tidak terlalu sulit dan tidak memakan waktu yang lama.
7.      Lebih ekonomis, hemat karena tidak memerlukan kertas yang terlalu banyak untuk membuat soal tes, dapat didiktekan atau ditulis dipapan tulis.[13]
Disamping beberapa kelebihan di atas, tes esai juga memiliki beberapa kelemahan sebagai berikut:
1.      Dalam memeriksa jawaban pertanyaan esai, ada kecenderungan pengaruh subjektif yang selalu muncul dalam pribadi seorang guru. Ini terjadi, utamanya ketika telah terjadi hubungan moral yang baik antara para siswa dan guru.
2.      Pertanyaan esai yang disusun oleh seorang guru atau evaluator cenderung kurang bisa mencakup seluruh materi  yang telah diberikan, sehingga kurang dapat menilai isi pengetahuan siswa yang sebenarnya.[14] Namun dalam keterbatasannya itu, butir-butir soal tes yang diberikan dapat menjadi “wakil” yang representatif bagi keseluruhan materi yang telah dipelajari.
3.      Cara mengoreksi jawaban soal tes uraian cukup sulit. Hal ini disebabkan karena sekalipun butir soalnya sangat terbatas, namun jawabannya bisa panjang lebar dan sangat bervariasi, sehingga pekerjaan koreksi akan banyak menyita waktu, tenaga dan pikiran.
4.      Baik buruknya tulisan siswa mempengaruhi penskoran. Walaupun siswa dapat menjawab dengan benar butir-butir soal yang diajukan dalam tes, namun karena tulisannya jelek, tidak teratur, jorok dan sebagainya, maka skor atau nilai yang diberikan kepada siswa itu lebih rendah daripada yang semestinya. Sebaliknya, siswa yang tidak lebih baik kualitas jawabannya daripada siswa yang telah disebutkan di atas, tetapi karena tulisannya baik, jawaban disusun secara teratur, urut dan rapi, justru mendapat skor atau nilai yang lebih tinggi dari yang semestinya.
5.      Pekerjaan koreksi terhadap lembar-lembar jawaban hasil tes uraian sulit untuk diserahkan kepada orang lain, sebab pada tes uraian orang yang paling tau mengenai jawaban yang sempurna adalah penyusun tes itu sendiri. Karena itu, jika pekerjaan koreksi dimaksud di atas diserahkan kepada orang lain, kemungkinan pemberian skor atau nilai hasil tes bisa berbeda dari yang semestinya.
6.      Daya kecepatan mengukur (validitas) dan daya keajengan mengukur (reliabilitas) yang dimiliki oleh tes uraian pada umumnya rendah.[15]
E.     Pertimbangan dalam Mempersiapkan Tes Esai
Agar dapat meminimalkan hal-hal yang membuat lemahnya tes esai, maka dalam mempersiapkan soal-soal esai, para guru hendaknya memperhatikan beberapa pertimbangan berikut:
1.      Menyediakan waktu yang cukup untuk menyusun pertanyaan dalam setiap soal. Karena pembuatan tes esai memerlukan kecermatan baik dari unsur bahasa maupun substansi dari setiap item pertanyaan.
2.      Item pertanyaan yang direncanakan hendaknya memuat persoalan penting yang telah diajarkan dalam proses belajar mengajar.
3.      Permasalahan yang hendak dirumuskan memiliki arti yang dinyatakan secara eksplisit dalam tujuan instruksional.
4.      Kata-kata yang digunakan dalam pernyataan hendaknya tidak diambil secara lansung dari buku/catatan. Para guru atau evaluator dapat memodifikasi atau menggunakan kata lain yang mungkin artinya sama agar siswa tidak semata-mata menghafal.
5.      Sebaiknya disertai/dilengkapi kunci jawaban.
6.      Pertanyaan esai yang direncanakan sebaiknya dibuat bervariasi dan bisa mencakup unit-unit mata pelajaran yang telah diajarkan di kelas.[16]
7.      Kalimat soal hendaknya disusun secara ringkas, padat dan jelas, sehingga dapat dipahami oleh siswa dan tidak menimbulkan keraguan atau kebingungan dalam menjawabnya.[17]
8.      Tulislah seperangkat petunjuk umum bagi siswa dalam mengerjakan tes esai.[18]
F.     Cara Memeriksa Tes Esai
Memeriksa tes esai lebih sulit dibanding tes objektif. Siapapun yang menilai lembar jawaban tes objektif hasilnya pasti sama. Sedangkan memeriksa tes esai hasilnya bisa berbeda kalau yang orang memeriksa berbeda. Itu sebabnya bentuk tes ini disebut dengan tes subjektif.
Untuk menghindari faktor subjektifitas, maka sebaiknya sebelum memeriksa lembar jawaban dipersiapkan dulu kriteria jawaban yang benar. Ada dua cara yang bisa dilakukan dalam memeriksa lembar jawaban tes esai, yaitu:
1.      Lembar jawaban diperiksa persiswa. Maksudnya, setelah selesai memeriksa lembar jawaban siswa A dan diberi skor, lalu dilanjutkan memeriksa jawaban siswa B, dan seterusnya.
2.      Lembar jawaban diperiksa persoal. Misalnya satu lokal terdiri dari 30 orang, lalu guru memeriksa jawaban soal no 1 seluruh kertas jawaban siswa, setelah selesai no 1, baru dilanjutkan memeriksa no 2, begitu seterusnya.
Cara yang lebih baik diantara kedua cara di atas adalah cara kedua, yaitu memeriksa personal untuk seluruh berkas jawaban. Cara ini menjamin konsistensi dalam penilaian sehingga nilai jawaban dapat seragam. Jika cara pertama digunakan, yaitu memeriksa tuntas setiap berkas jawaban, maka ada kemungkinan nilai yang diberikan untuk jawaban yang mirip-mirip pada dua siswa atau lebih bisa berbeda. Katakanlah ketika memeriksa jawaban no 1 lembar jawaban siswa ternyata ada kesalahan lalu diberi nilai 8, karena keasyikan menilai dan ketika memeriksa jawaban siswa lain yang jalan jawabannya agak mirip tetapi juga salah, maka guru memberi nilai 5 (guru lupa berapa nilai yang dikasih pada siswa sebelumnya). Meskipun perbedaan itu kecil, tetapi pengaruhnya sangat berarti pada nilai siswa.[19]
G.    Petunjuk dalam Pemberian Skor Tes Esai
Memberikan skor tes esai dapat dikatakan mudah dan dapat juga dikatakan sukar. Dikatakan mudah, karena setiap guru pasti merasa bisa menilai jawaban yang diberikan oleh para siswanya termasuk penggunaan jawaban yang berasal dari tes esai, karena dalam pemberian skor pada tes esai tidak ada eksplanasi penilaian angka secara pasti diberikan. Sebaliknya, sebagian guru juga merasakan sukar dalam memberikan skor pada tes esai, karena banyak faktor selalu muncul yang sedikit banyak dapat mempengaruhi dalam pengambilan keputusan pada penilaian siswa. Faktor-faktor tersebut diantaranya subjektivitas, pertimbangan, dan pengaruh interaksi antara guru dengan para siswa selama proses belajar mengajar berlansung. Untuk mengatasi adanya pengaruh tiga faktor di atas, berikut beberapa petunjuk yang dapat digunakan guru dalam memberi skor tes esai:
1.      Menyusun jawaban kunci untuk setiap pertanyaan yang mengandung materi penting yang dapat digunakan sebagai acuan dasar ketika melakukan penilaian.
2.      Menentukan nilai dari setiap pertanyaan berdasarkan bobot permasalahan, kompleksitas jawaban, dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan jawaban.
3.      Memutuskan beberapa poin pengurangan skor penilaian apabila siswa melakukan kesalahan kecil, misalnya kesalahan ejaan, tanda baca, dan penggunaan kata.
4.      Mengevaluasi satu pertanyaan pada semua lembar jawaban sebelum pindah ke pertanyaan lainnya.
5.      Guru mengecek kesamaan kualitas jawaban, kelompokkan lembar jawaban siswa ke dalam 3-5 tumpukan dengan memperhatikan rangking dari yang tertinggi sampai terendah dan menempatkan lembar jawaban siswa ke dalam tumpukan yang ada atas dasar nilai yang dicapai.
6.      Usahakan dalam proses penilaian jawaban soal tidak melihat nama siapa penjawabnya.
7.      Disarankan untuk sering beristirahat untuk mencegah kelelahan dan kejenuhan yang dapat mengakibatkan pemberian skor berubah secara signifikan.[20]
H.    Penskoran dan Penilaian Tes Esai
Penskoran merupakan langkah pertama dalam proses pengolahan hasil tes pekerjaan siswa. Penskoran adalah suatu proses pengubahan jawaban-jawaban tes menjadi angka-angka (mengadakan kuantifikasi). Angka-angka hasil penskoran tersebut kemudian diubah menjadi nilai-nilai melalui suatu proses pengolahan tertentu.
Pemberian skor dapat dipilih dari beberapa skala pengukuran, misalnya skala 1-4, 1-10 dan 1-100. Sebaiknya jangan memberikan skor nol, tapi mulai dari skor angka 1. Setelah menetapkan skor, langkah selanjutnya adalah menetapkan pembobotan sesuai dengan tingkat kesukaran soal. Sebaiknya gunakan skala 1-10. misalnya soal yang mudah diberi bobot 2, sedang bobotnya 3 dan soal yang sulit bobotnya 5. Pemberian bobot dalam pengolahan lembar jawaban soal esai sangat penting, karena skor diberikan benar-benar atas dasar kemampuan. Kenyataan juga menunjukkan bahwa setiap item tes tingkat kesukarannya berbeda.
Djiwandono menjelaskan bahwasanya penskoran tes subyektif dalam bentuk esai tidak dilakukan dengan menggunakan kunci jawaban seperti pada penskoran tes objektif, melainkan dengan menggunakan rambu-rambu penskoran (scoring guide), yang memuat pedoman jawaban.
Kriteria penskoran tes esai secara analitik adalah sebagai berikut:
1.      Relevansi  isi jawaban peserta tes dengan jawaban yang diharapkan.
2.      Kecukupan isi jawaban peserta  tes  tentang masalah yang ditanyakan.
3.      Kerapian dan kejelasan penyusunan isi jawaban peserta tes.
4.      Penggunaan bahasa yang lugas dan mudah dimengerti.[21]


Sistem penilaian yang digunakan untuk soal-soal uraian pada dasarnya sama dengan soal bentuk lainnya, yakni dapat menggunakan penilaian:
1.      Penilaian Acuan Norma (PAN)
Penilaian acuan norma adalah penilaian yang dilakukan dengan mengacu pada norma kelompok. Nilai-nilai yang diperoleh siswa diperbandingkan dengan nilai-nilai siswa yang lain yang termasuk di dalam kelompok itu. Yang dimaksud dengan “norma” dalam hal ini adalah kapasitas atau prestasi kelompok, sedangkan yang dimaksud dengan “kelompok” disini adalah semua siswa yang mengikuti tes tersebut.
2.      Penilaian Acuan Patokan (PAP)
Suatu penilaian disebut PAP jika dalam melakukan penilaian mengacu pada suatu kriteria  pencapain tujuan (instruksional) yang telah dirumuskan sebelumnya. Nilai-nilai yang diperoleh siswa dihubungkan dengan tingkat pencapaian penguasaan siswa tentang materi pengajaran sesuai dengan tujuan (instruksional) yang telah ditetapkan.[22]

I.       Syarat-syarat Soal Esai yang Baik
Ada tiga syarat yang harus dipenuhi agar  soal esai dapat dikatakan baik, yaitu:

1.      Materi Soal Esai

Materi soal yang diujikan harus jelas dan telah dipelajari oleh siswa. Dengan demikian, maka pertanyaan yang diberikan dan juga jawaban yang diminta akan jelas bagi siswa.
2.      Konstruksi Soal Esai
Konstruksi soal esai dibuat dalam bentuk kalimat perintah atau kalimat tanya yang menuntut jawaban atau tanggapan terurai, berupa beberapa kalimat atau paragraf yang mengandung kata-kata tanya seperti mengapa, deskripsikan, uraikan, dsb. Soal esai yang baik tidak mengandung kata-kata tanya seperti siapa, apa, bilamana, dsb. Soal esai juga harus mengandung petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakannya. Apabila pada soal esai ada tambahan penjelasan berupa grafik, gambar, diagram, wacana, dsb, dipastikan harus benar-benar dapat bermakna dan berkaitan dengan permasalahan yang diangkat oleh soal tersebut.
3.      Bahasa Soal Esai
Bahasa yang digunakan untuk membuat soal esai sebagaimana soal jenis lainnya adalah bahasa yang baku, komunikatif, lugas dan mudah dimengerti.[23]

J.      Cara Mencari Tingkat Kesukaran dan Daya Beda Tes Esai
Misalkan dalam suatu kelas terdapat 28 orang siswa, kemudian diberikan soal esai sebagai berikut:
1.      Jelaskan perbedaan Lam Syamsiyah dan Qamariyah!
2.      Jelaskan pengertian shalat menurut bahasa dan istilah!
3.      Bagaimana caranya membersihkan najis mughallazhah!
4.      Bagaimana pendapatmu jika ada teman yang tidak mau shalat!
5.      Jelaskan fungsi shalat wajib dalam kehidupan sehari-hari!

Setelah dilakukan penskoran pada tiap lembar jawaban siswa, maka diperoleh hasil sebagai berikut:

NO
Nama Siswa/i
Scor Esay
1.
Daud Al-Rasyid
15
2.
Septia Tri Utari
15
3.
Astri Putri Aniri
14
5.
M. Abdi Ramadhan
13
6.
Febi Tri Anugrah
12
7.
Juwita lestari
12
8.
Anggi Sasmita
11
9.
Putri Eka Ramadhani
11
10.
Jefri Rivaldo
11
11.
Sri Puspa Dewi
11
12.
Fatimah
11
13.
Novelis lulu F
10
14.
Mesy Astuti
10
15.
Izabel Putri A
10
16.
Hafidz Afriansyah
9
17.
Nikma Lutfi
9
18.
Arya Dewa Pratama
9
19.
M. Nurkholis Nur
9
20.
Schivo Popy U
8
21.
Oci Effendi
8
22.
Rahmad Dani
8
23.
Agus Prabowo
7
24.
Fadila Ahdan
7
25.
Teguh Visa Vano
6
26.
Nur Isman W
5
27.
Aditya Akbar
5
28.
Iqbal Fiqri
4
28.
Sandi Prayoga
3

Setelah diketahui masing-masing skor tes esai siswa, maka dikelompokkan menjadi scor yang tertinggi dan terendah untuk dapat mencari tingkat kesukaran tes esai yang diberikan.
Tingkat kesukaran esay dapat dihitung dengan rumus berikut:
TK = (SA + SB ) – T(Smin)           
             T (Smak-Smin)

Keterangan:
SA: Skor kelompok atas   
SB: Skor kelompok bawah
Smak: Skor maksimum tiap soal
Smin: Skor minimum tiap soal     
1.      Soal No 1
Scor
Kelompok Pintar
Kelompok Lemah
Jumlah Siswa
Jumlah Scor
Jumlah Siswa
Jumlah Scor
5
4
20
0
0
4
2
8
4
16
3
2
6
6
18
2
1
2
0
0
1
4
4
3
3
0
1
0
1
0

nA = 14
SA = 40
nB = 14
SB = 34

TK       =  SA + SB – T (Smin)
                       T (Smax – Smin)
                 =  40 + 34 – (28 x 0)
                         28 (5 – 0)
                 =   0.52 (sedang)

2.      Soal No 2
Scor
Kelompok Pintar
Kelompok Lemah
Jumlah Siswa
Jumlah Scor
Jumlah Siswa
Jumlah Scor
5
0
0
0
0
4
0
0
0
0
3
2
6
1
3
2
8
16
3
6
1
4
4
7
7
0
0
0
3
0

nA = 14
SA = 26
nB = 14
SB = 16

TK       = SA + SB – T (Smin)
                         T (Smax – Smin)
                  = 26 + 16 – (28 x 0)
                             28 (5 – 0)
                  = 0.30 (sedang)

Daya beda esay dapat dicari dengan rumus sebagai berikut:
DB =   (SA – SB)_______
   ½ T (Smak-Smin)

1.   DB  = SA – SB                 
            ½ T (Smax – Smin)
        = 40 – 34        
            ½ 28 (5 – 0)
        = 0.08 (diganti)

2.   DB  = SA – SB                 
            ½ T (Smax – Smin)
        = 26 – 16        
            ½ 28 (5 – 0)
        = 0.14 (diganti)
Kriteria TK dan DB Essay adalah sebagai berikut:
0,00 - 0,29       = sukar    (sk)       
0,30 - 0,69       = sedang (sd)
0,70 - 1,00        = mudah  (md)

0,30 - 1,00       = dipakai              
0,20 - 0,29       = direvisi
    < 0,20          = diganti


[1]M. Sukardi.
[2]Oemar Hamalik
[3]M. Sukardi, Loc.Cit.
[4]Siswanto.
[5]Suharsimi Arikunto.
[6]Suharsimi Arikunto, Op.Cit.
[7]M. Sukardi.
[8]Ibid.
[9]Gusmira Wita, Tes Esai, blogspot.com, diakses pada hari Kamis, tanggal 08/01/2015
[10]Ibid.
[11]Siswanto, Op.Cit.
[12]M. Sukardi, Op.Cit.
[13]M. Ngalim Purwanto.
[14]M. Sukardi, Loc.Cit.
[15]Anas Sudijono.
[16]M. Sukardi, Op.Cit.
[17]Anas Sudijono, Op.Cit.
[18]M. Ngalim Purwanto, Op.Cit.
[19]Gusmira Wita, Tes Esai, blogspot.com, diakses pada hari Kamis, tanggal 08/01/2015
[20]M. Sukardi.
[21]Soenardi Djiwandono, Tes Bahasa (Pegangan bagi Pengajar Bahasa), (Jakarta: PT Indeks, 2008), h. 59
[22]Kholifah, Sistem Pemberian Skor, blogspot.com, diakses pada hari Kamis, tanggal 08/01/2015
[23]Muhammas Faiq, Penelitian Tindakan Kelas (Syarat dan Aturan Penilaian Tes Esai), blogspot.com, diakses pada hari Kamis, tanggal 08/01/2015

Share:

0 komentar