Teknik Evaluasi Esai
TEKNIK EVALUASI TES ESAI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
A.
Pengertian Tes Esai
Secara
ontologi, tes esai merupakan salah satu bentuk tes tertulis yang susunannya
terdiri atas item-item pertanyaan yang masing-masing mengadung permasalahan dan
menuntut jawaban siswa melalui uraian-uraian kata yang merefleksikan kemampuan
berpikir siswa.[1]
Hal ini senada dengan definisi yang dikemukan Oemar Hamalik yang mengartikan
tes essay sebagai salah satu bentuk tes yang terdiri dari satu atau beberapa
pertanyaan yang menuntut jawaban tertentu dari siswa secara individu
berdasarkan pendapatnya sendiri. Setiap siswa memiliki kesempatan memberikan
jawabannya sendiri yang berbeda dengan jawaban siswa lainnya.[2]
Tes esai juga disebut sebagai tes dengan pertanyaan terbuka, karena siswa menjawab
pertanyaan yang diberikan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.[3]
Tes esai sangat populer di
kalangan pendidikan tinggi. Penggunaannya dimulai sejak tahun 2300 SM di Cina hingga sekarang. Kepopuleran tes esai
ini disebabkan karena lebih mudah untuk menyiapkannya dibandingkan dengan tes
objektif, meskipun dalam hal memeriksanya lebih rumit. Disamping itu, juga
memberikan keamanan bagi penguji.[4] Artinya, jawaban soal esai yang
diberikan siswa mewakili gambaran kemampuan dan pemahaman yang dimilikinya.
Ciri-ciri
pertanyaan esai didahului dengan kata-kata seperti uraikan, jelaskan, mengapa,
bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan sebagainya. Soal-soal esai biasanya tidak
banyak jumlahnya, hanya sekitar 5-10 buah soal dalam waktu kira-kira 90-120 menit.
Soal-soal bentuk esai menuntut kemampuan siswa untuk dapat mengorganisir,
menginterpretasi, dan menghubungkan pengertian-pengertian yang telah dimiliki.[5] Sebab
itu, dalam tes esai memungkinkan jawaban yang bervariasi dari siswa, karena
jawaban yang diberikan bersifat subjektif. Tes esai biasanya digunakan untuk
mengukur kemampuan kognitif yang relatif tinggi dan kompleks. Berikut ketentuan
penggunaan tes esai:
1.
Kelompok
yang akan dites dalam jumlah kecil.
2.
Tes
itu tidak digunakan untuk berulang-ulang.
3.
Tester
(guru) ingin menggunakan berbagai cara untuk mengetahui kemampuan siswa dalam
bentuk tertulis.
4.
Guru
ingin mengetahui lebih banyak tentang sikap-sikap siswa daripada hasil yang
telah dicapai.
5.
Memiliki
waktu yang banyak untuk menyusun tes.[6]
B.
Jenis-jenis Tes Esai
Tes
esai dibagi berdasarkan ruang lingkup dan penskrorannya. Berdasarkan ruang
lingkupnya tes esai meliputi tes esai bebas dan tes esai terbatas. Sedangkan
berdasarkan penskorannya tes esai meliputi tes uraian objektif dan tes uraian
non-objektif.
Tes esai
berdasarkan ruang lingkupnya:
1.
Tes
Esai Jawaban Panjang
Tes esai dikatakan memiliki jawaban panjang, apabila dalam aplikasi
tes memerlukan jawaban siswa sacara luas. Evaluator dalam hal ini, memberikan
kesempatan kepada para siswa untuk memberikan jawaban secara tuntas dan jelas. Keberadaan
tes esai dengan jawaban panjang ini direncanakan oleh para evaluator untuk
melihat kemampuan siswa dalam menuangkan ide dalam satu kesatuan yang
komprehensif, koherensi, dan sistematis sehingga memberikan kejelasan jawaban.[7]
Contoh:
a.
Allah
telah melimpahkan nikmat-Nya yang sangat banyak kepada umat manusia, sehingga manusia
tidak akan mampu untuk menghitungnya. Oleh karena itu, sudah sepatutnya kita
mensyukuri nikmat tersebut. Jelaskan, bagaimana caranya kita mensyukuri nikmat
Allah itu sesuai dengan ajaran Rasulullah!
b.
Di
dalam ibadah haji ada istilah rukun dan wajib haji. Kedua-duanya harus
dilakukan oleh orang yang naik haji. Jelaskan perbedaan antara rukun dan wajib
haji tersebut!
2.
Tes Esai
Jawaban Terbatas
Tes esai dikatakan sebagai jawaban terbatas, apabila dalam menjawab
para siswa hanya diminta menguraikan ide-idenya secara singkat dan tepat sesuai
dengan spasi atau ruang yang disediakan oleh para evaluator. Jawaban pertanyaan
tes esai terbatas ini biasanya mengarah kepada jawaban yang lebih spesifik dan
lebih pasti seperti kunci jawaban yang telah dibuat evaluator. Tes ini
meghendaki jawaban yang bersifat sudah lebih terarah (dibatasi).[8]
Contoh:
Di masa Khulafaur Rasyidin, tercatat tiga peristiwa peperangan
antara antara kaum muslimin dalam menghadapi Romawi. Sebutkan dan jelaskan
secara singkat ketiga peristiwa yang dimaksud!
Tes esai berdasarkan penskorannya:
1.
Tes
uraian objektif
Tes uraian objektif adalah bentuk tes uraian yang butir soalnya
memiliki sehimpunan jawaban dengan rumusan yang relatif lebih pasti, sehingga
dapat dilakukan penskoran secara objektif (walaupun pemeriksa berbeda namun
dapat menghasilkan skor yang relatif sama). Artinya, model tes ini memiliki
kunci jawaban yang pasti, sehingga jawaban benar bisa diberi skor 1 dan jawaban
salah diberi skor 0.
2.
Tes
uraian non-objektif
Tes uraian non-objektif adalah bentuk tes yang butir soalnya
memiliki sehimpunan jawaban yang bebas, menuntut siswa untuk mengingat dan
mengorganisasikan gagasan-gagasan yang telah dipelajari dengan cara
mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis
sehingga dalam penskorannya mengandung unsure subjektivitas (sukar dilakukan
secara objektif).[9]
Perbedaan antara tes uraian objektif dengan non-objektif terletak
pada kepastian pemberian skor. Pada tes uraian objektif, kunci jawaban dan
pedoman penskorannya lebih pasti (diuraikan secara jelas hal-hal/komponen yang
diskor dan berapa skor masing-masing komponen tersebut). Sedangkan pada tes
uraian non-objektif pedoman penskoran dinyatakan dalam rentang (0-4 atau 0-10),
sehingga pemberian skor sedikit banyak akan dipengaruhi oleh unsur subjektif si
pemberi skor. Maka untuk mengurangi subjektif ini, dapat dilakukan dengan cara
membuat pedoman penskoran secara rinci dan jelas, sehingga pemberian skor dapat
relatif sama.[10]
C.
Perbandingan
Tes Esai dengan Tes
Obyektif
Pernyataan-pernyatan
di bawah ini menyimpulkan beberapa persamaan dan perbedaan antara tes esai
(TE) dan tes
obyektif (TO).
a.
Baik TE maupun TO bisa digunakan untuk mengukur
hampir semua hasil pencapaian pendidikan yang penting, yang bisa diukur oleh
tes tertulis.
b.
Baik TE maupun TO bisa digunakan untuk merangsang
siswa untuk belajar mengerti prinsip-prinsip, mengorganisir dan mengintegrasikan ide-ide, dan menerapkan pengetahuan untuk menyelesaikan masalah.
c.
Soal TE menuntut siswa merencanakan jawabannya
sendiri dan mengekspresikannya dengan kata-katanya sendiri. Sedang butir soal
TO meminta siswa untuk memilih jawaban diantara beberapa alternatif yang ada.
d.
TE terdiri dari pandangan relatif,
pertanyaan-pertanyaan umum yang menghasilkan jawaban yang lebih luas. TO
terdiri dari pertanyaan yang spesifik, yang hanya memerlukan jawaban singkat.
e.
Pada TE siswa banyak menghabiskan waktu untuk
berpikir dan menulis. Dalam TO waktu siswa banyak digunakan untuk membaca dan
berpikir.
f.
Kualitas suatu TO ditentukan oleh ketrampilan
penyusun tes. Kualitas TE ditentukan oleh ketrampilan pemberi skor jawaban.
g.
Sebuah TE relatif lebih mudah disiapkan, tetapi agak
susah untuk menilai secara akurat. Sebuah TO yang baik, relatif susah untuk
menyiapkannya, tetapi mudah dalam menskor.[11]
D.
Kelebihan dan Kelemahan Tes Esai
Tes
esai banyak digunakan dalam proses pembelajaran, karena tes esai memiliki
beberapa kelebihan, yaitu:
1.
Mengukur
proses mental para siswa dalam menuangkan ide ke dalam jawaban item secara
tepat.
2.
Mengukur
kemampuan siswa dalam menjawab melalui kata dan bahasa mereka sendiri.
3.
Medorong
siswa untuk mempelajari, menyusun, merangkai, dan menyatakan pemikiran mereka
secara aktif.
4.
Mendorong
siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusunnya dalam bentuk kalimat
mereka sendiri.
5.
Mengetahui
seberapa jauh siswa telah memahami dan mendalami suatu permasalahan atas dasar
pengetahuan yang diajarkan di dalam kelas.[12]
6.
Penyusunannya
tidak terlalu sulit dan tidak memakan waktu yang lama.
7.
Lebih
ekonomis, hemat karena tidak memerlukan kertas yang terlalu banyak untuk
membuat soal tes, dapat didiktekan atau ditulis dipapan tulis.[13]
Disamping
beberapa kelebihan di atas, tes esai juga memiliki beberapa kelemahan sebagai
berikut:
1.
Dalam
memeriksa jawaban pertanyaan esai, ada kecenderungan pengaruh subjektif yang
selalu muncul dalam pribadi seorang guru. Ini terjadi, utamanya ketika telah
terjadi hubungan moral yang baik antara para siswa dan guru.
2.
Pertanyaan
esai yang disusun oleh seorang guru atau evaluator cenderung kurang bisa
mencakup seluruh materi yang telah
diberikan, sehingga kurang dapat menilai isi pengetahuan siswa yang sebenarnya.[14]
Namun dalam keterbatasannya itu, butir-butir soal tes yang diberikan dapat
menjadi “wakil” yang representatif bagi keseluruhan materi yang telah
dipelajari.
3.
Cara
mengoreksi jawaban soal tes uraian cukup sulit. Hal ini disebabkan karena
sekalipun butir soalnya sangat terbatas, namun jawabannya bisa panjang lebar
dan sangat bervariasi, sehingga pekerjaan koreksi akan banyak menyita waktu,
tenaga dan pikiran.
4.
Baik
buruknya tulisan siswa mempengaruhi penskoran. Walaupun siswa dapat menjawab
dengan benar butir-butir soal yang diajukan dalam tes, namun karena tulisannya
jelek, tidak teratur, jorok dan sebagainya, maka skor atau nilai yang diberikan
kepada siswa itu lebih rendah daripada yang semestinya. Sebaliknya, siswa yang
tidak lebih baik kualitas jawabannya daripada siswa yang telah disebutkan di
atas, tetapi karena tulisannya baik, jawaban disusun secara teratur, urut dan
rapi, justru mendapat skor atau nilai yang lebih tinggi dari yang semestinya.
5.
Pekerjaan
koreksi terhadap lembar-lembar jawaban hasil tes uraian sulit untuk diserahkan
kepada orang lain, sebab pada tes uraian orang yang paling tau mengenai jawaban
yang sempurna adalah penyusun tes itu sendiri. Karena itu, jika pekerjaan koreksi
dimaksud di atas diserahkan kepada orang lain, kemungkinan pemberian skor atau
nilai hasil tes bisa berbeda dari yang semestinya.
6.
Daya
kecepatan mengukur (validitas) dan daya keajengan mengukur (reliabilitas) yang
dimiliki oleh tes uraian pada umumnya rendah.[15]
E.
Pertimbangan dalam Mempersiapkan Tes Esai
Agar dapat meminimalkan hal-hal yang
membuat lemahnya tes esai, maka dalam mempersiapkan soal-soal esai, para guru
hendaknya memperhatikan beberapa pertimbangan berikut:
1.
Menyediakan
waktu yang cukup untuk menyusun pertanyaan dalam setiap soal. Karena pembuatan
tes esai memerlukan kecermatan baik dari unsur bahasa maupun substansi dari
setiap item pertanyaan.
2.
Item
pertanyaan yang direncanakan hendaknya memuat persoalan penting yang telah
diajarkan dalam proses belajar mengajar.
3.
Permasalahan
yang hendak dirumuskan memiliki arti yang dinyatakan secara eksplisit dalam
tujuan instruksional.
4.
Kata-kata
yang digunakan dalam pernyataan hendaknya tidak diambil secara lansung dari
buku/catatan. Para guru atau evaluator dapat memodifikasi atau menggunakan kata
lain yang mungkin artinya sama agar siswa tidak semata-mata menghafal.
5.
Sebaiknya
disertai/dilengkapi kunci jawaban.
6.
Pertanyaan
esai yang direncanakan sebaiknya dibuat bervariasi dan bisa mencakup unit-unit
mata pelajaran yang telah diajarkan di kelas.[16]
7.
Kalimat
soal hendaknya disusun secara ringkas, padat dan jelas, sehingga dapat dipahami
oleh siswa dan tidak menimbulkan keraguan atau kebingungan dalam menjawabnya.[17]
8.
Tulislah
seperangkat petunjuk umum bagi siswa dalam mengerjakan tes esai.[18]
F.
Cara Memeriksa
Tes Esai
Memeriksa
tes esai lebih sulit dibanding tes objektif. Siapapun yang menilai lembar
jawaban tes objektif hasilnya pasti sama. Sedangkan memeriksa tes esai hasilnya
bisa berbeda kalau yang orang memeriksa berbeda. Itu sebabnya bentuk tes ini
disebut dengan tes subjektif.
Untuk
menghindari faktor subjektifitas, maka sebaiknya sebelum memeriksa lembar
jawaban dipersiapkan dulu kriteria jawaban yang benar. Ada dua cara yang bisa
dilakukan dalam memeriksa lembar jawaban tes esai, yaitu:
1.
Lembar jawaban diperiksa persiswa. Maksudnya, setelah
selesai memeriksa lembar jawaban siswa A dan diberi skor, lalu dilanjutkan memeriksa
jawaban siswa B, dan seterusnya.
2.
Lembar jawaban diperiksa persoal. Misalnya satu
lokal terdiri dari 30 orang, lalu guru memeriksa jawaban soal no 1 seluruh
kertas jawaban siswa, setelah selesai no 1, baru dilanjutkan memeriksa no 2,
begitu seterusnya.
Cara yang lebih baik diantara kedua cara di atas adalah cara kedua,
yaitu memeriksa personal untuk seluruh berkas jawaban. Cara ini menjamin
konsistensi dalam penilaian sehingga nilai jawaban dapat seragam. Jika cara
pertama digunakan, yaitu memeriksa tuntas setiap berkas jawaban, maka ada
kemungkinan nilai yang diberikan untuk jawaban yang mirip-mirip pada dua siswa
atau lebih bisa berbeda. Katakanlah ketika memeriksa jawaban no 1 lembar jawaban
siswa ternyata ada kesalahan lalu diberi nilai 8, karena keasyikan menilai dan
ketika memeriksa jawaban siswa lain yang jalan jawabannya agak mirip tetapi
juga salah, maka guru memberi nilai 5 (guru lupa berapa nilai yang dikasih pada
siswa sebelumnya). Meskipun perbedaan itu kecil, tetapi pengaruhnya sangat
berarti pada nilai siswa.[19]
G.
Petunjuk dalam Pemberian Skor Tes Esai
Memberikan
skor tes esai dapat dikatakan mudah dan dapat juga dikatakan sukar. Dikatakan
mudah, karena setiap guru pasti merasa bisa menilai jawaban yang diberikan oleh
para siswanya termasuk penggunaan jawaban yang berasal dari tes esai, karena
dalam pemberian skor pada tes esai tidak ada eksplanasi penilaian angka secara
pasti diberikan. Sebaliknya, sebagian guru juga merasakan sukar dalam
memberikan skor pada tes esai, karena banyak faktor selalu muncul yang sedikit
banyak dapat mempengaruhi dalam pengambilan keputusan pada penilaian siswa.
Faktor-faktor tersebut diantaranya subjektivitas, pertimbangan, dan pengaruh
interaksi antara guru dengan para siswa selama proses belajar mengajar
berlansung. Untuk mengatasi adanya pengaruh tiga faktor di atas, berikut
beberapa petunjuk yang dapat digunakan guru dalam memberi skor tes esai:
1.
Menyusun
jawaban kunci untuk setiap pertanyaan yang mengandung materi penting yang dapat
digunakan sebagai acuan dasar ketika melakukan penilaian.
2.
Menentukan
nilai dari setiap pertanyaan berdasarkan bobot permasalahan, kompleksitas
jawaban, dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan jawaban.
3.
Memutuskan
beberapa poin pengurangan skor penilaian apabila siswa melakukan kesalahan
kecil, misalnya kesalahan ejaan, tanda baca, dan penggunaan kata.
4.
Mengevaluasi
satu pertanyaan pada semua lembar jawaban sebelum pindah ke pertanyaan lainnya.
5.
Guru
mengecek kesamaan kualitas jawaban, kelompokkan lembar jawaban siswa ke dalam
3-5 tumpukan dengan memperhatikan rangking dari yang tertinggi sampai terendah
dan menempatkan lembar jawaban siswa ke dalam tumpukan yang ada atas dasar
nilai yang dicapai.
6.
Usahakan
dalam proses penilaian jawaban soal tidak melihat nama siapa penjawabnya.
7.
Disarankan
untuk sering beristirahat untuk mencegah kelelahan dan kejenuhan yang dapat
mengakibatkan pemberian skor berubah secara signifikan.[20]
H.
Penskoran dan
Penilaian Tes Esai
Penskoran merupakan langkah pertama dalam proses pengolahan
hasil tes pekerjaan siswa. Penskoran adalah suatu proses pengubahan
jawaban-jawaban tes menjadi angka-angka (mengadakan kuantifikasi). Angka-angka
hasil penskoran tersebut kemudian diubah menjadi nilai-nilai melalui suatu
proses pengolahan tertentu.
Pemberian
skor dapat dipilih dari beberapa skala pengukuran, misalnya skala 1-4, 1-10 dan
1-100. Sebaiknya jangan memberikan skor nol, tapi mulai dari skor angka 1. Setelah
menetapkan skor, langkah selanjutnya adalah menetapkan pembobotan sesuai dengan
tingkat kesukaran soal. Sebaiknya gunakan skala 1-10. misalnya soal yang mudah
diberi bobot 2, sedang bobotnya 3 dan soal yang sulit bobotnya 5. Pemberian
bobot dalam pengolahan lembar jawaban soal esai sangat penting, karena skor
diberikan benar-benar atas dasar kemampuan. Kenyataan juga menunjukkan bahwa
setiap item tes tingkat kesukarannya berbeda.
Djiwandono
menjelaskan bahwasanya penskoran tes subyektif dalam bentuk esai tidak
dilakukan dengan menggunakan kunci jawaban seperti pada penskoran tes objektif,
melainkan dengan menggunakan rambu-rambu penskoran (scoring guide), yang memuat pedoman jawaban.
Kriteria
penskoran tes esai secara analitik adalah sebagai berikut:
1.
Relevansi
isi jawaban peserta tes dengan jawaban yang diharapkan.
2.
Kecukupan isi jawaban peserta tes
tentang masalah yang ditanyakan.
3.
Kerapian dan kejelasan penyusunan isi jawaban
peserta tes.
4.
Penggunaan bahasa yang lugas dan mudah
dimengerti.[21]
Sistem penilaian yang digunakan
untuk soal-soal uraian pada dasarnya sama dengan soal bentuk lainnya, yakni
dapat menggunakan penilaian:
1.
Penilaian
Acuan Norma (PAN)
Penilaian acuan norma adalah penilaian yang
dilakukan dengan mengacu pada norma kelompok. Nilai-nilai yang diperoleh siswa
diperbandingkan dengan nilai-nilai siswa yang lain yang termasuk di dalam
kelompok itu. Yang dimaksud dengan “norma” dalam hal ini adalah kapasitas atau
prestasi kelompok, sedangkan yang dimaksud dengan “kelompok” disini adalah
semua siswa yang mengikuti tes tersebut.
2.
Penilaian Acuan Patokan (PAP)
Suatu penilaian disebut PAP jika dalam
melakukan penilaian mengacu pada suatu kriteria
pencapain tujuan (instruksional) yang telah dirumuskan sebelumnya.
Nilai-nilai yang diperoleh siswa dihubungkan dengan tingkat pencapaian
penguasaan siswa tentang materi pengajaran sesuai dengan tujuan (instruksional)
yang telah ditetapkan.[22]
I. Syarat-syarat
Soal Esai yang Baik
Ada tiga syarat yang harus dipenuhi agar
soal esai dapat dikatakan baik, yaitu:
1. Materi Soal Esai
Materi soal yang diujikan harus
jelas dan telah dipelajari oleh siswa. Dengan demikian, maka pertanyaan yang
diberikan dan juga jawaban yang diminta akan jelas bagi siswa.
2. Konstruksi Soal Esai
Konstruksi soal esai dibuat dalam
bentuk kalimat perintah atau kalimat tanya yang menuntut jawaban atau tanggapan
terurai, berupa beberapa kalimat atau paragraf yang mengandung kata-kata tanya
seperti mengapa, deskripsikan, uraikan, dsb. Soal esai yang baik tidak
mengandung kata-kata tanya seperti siapa, apa, bilamana, dsb. Soal esai juga
harus mengandung petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakannya. Apabila pada
soal esai ada tambahan penjelasan berupa grafik, gambar, diagram, wacana, dsb,
dipastikan harus benar-benar dapat bermakna dan berkaitan dengan permasalahan
yang diangkat oleh soal tersebut.
3. Bahasa Soal Esai
Bahasa yang digunakan untuk membuat
soal esai sebagaimana soal jenis lainnya adalah bahasa yang baku, komunikatif,
lugas dan mudah dimengerti.[23]
J.
Cara Mencari Tingkat Kesukaran dan Daya Beda Tes Esai
Misalkan dalam suatu kelas terdapat 28 orang siswa,
kemudian diberikan soal esai sebagai berikut:
1.
Jelaskan
perbedaan Lam Syamsiyah dan Qamariyah!
2.
Jelaskan
pengertian shalat menurut bahasa dan istilah!
3.
Bagaimana
caranya membersihkan najis mughallazhah!
4.
Bagaimana
pendapatmu jika ada teman yang tidak mau shalat!
5.
Jelaskan
fungsi shalat wajib dalam kehidupan sehari-hari!
Setelah dilakukan penskoran pada tiap lembar jawaban
siswa, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
NO
|
Nama Siswa/i
|
Scor Esay
|
1.
|
Daud Al-Rasyid
|
15
|
2.
|
Septia Tri Utari
|
15
|
3.
|
Astri Putri Aniri
|
14
|
5.
|
M. Abdi Ramadhan
|
13
|
6.
|
Febi Tri Anugrah
|
12
|
7.
|
Juwita lestari
|
12
|
8.
|
Anggi Sasmita
|
11
|
9.
|
Putri Eka Ramadhani
|
11
|
10.
|
Jefri Rivaldo
|
11
|
11.
|
Sri Puspa Dewi
|
11
|
12.
|
Fatimah
|
11
|
13.
|
Novelis lulu F
|
10
|
14.
|
Mesy Astuti
|
10
|
15.
|
Izabel Putri A
|
10
|
16.
|
Hafidz Afriansyah
|
9
|
17.
|
Nikma Lutfi
|
9
|
18.
|
Arya Dewa Pratama
|
9
|
19.
|
M. Nurkholis Nur
|
9
|
20.
|
Schivo Popy U
|
8
|
21.
|
Oci Effendi
|
8
|
22.
|
Rahmad Dani
|
8
|
23.
|
Agus Prabowo
|
7
|
24.
|
Fadila Ahdan
|
7
|
25.
|
Teguh Visa Vano
|
6
|
26.
|
Nur Isman W
|
5
|
27.
|
Aditya Akbar
|
5
|
28.
|
Iqbal Fiqri
|
4
|
28.
|
Sandi Prayoga
|
3
|
Setelah
diketahui masing-masing skor tes esai siswa, maka dikelompokkan menjadi scor
yang tertinggi dan terendah untuk dapat mencari tingkat kesukaran tes esai yang
diberikan.
Tingkat kesukaran
esay dapat dihitung dengan rumus berikut:
TK =
(SA + SB ) – T(Smin)
T (Smak-Smin)
Keterangan:
SA: Skor kelompok atas
SB: Skor kelompok bawah
Smak: Skor maksimum tiap soal
Smin: Skor minimum tiap soal
1.
Soal
No 1
Scor
|
Kelompok Pintar
|
Kelompok
Lemah
|
||
Jumlah Siswa
|
Jumlah Scor
|
Jumlah Siswa
|
Jumlah Scor
|
|
5
|
4
|
20
|
0
|
0
|
4
|
2
|
8
|
4
|
16
|
3
|
2
|
6
|
6
|
18
|
2
|
1
|
2
|
0
|
0
|
1
|
4
|
4
|
3
|
3
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
nA = 14
|
SA = 40
|
nB = 14
|
SB = 34
|
TK = SA + SB – T (Smin)
T (Smax – Smin)
=
40 + 34 – (28 x 0)
28 (5 – 0)
=
0.52 (sedang)
2.
Soal
No 2
Scor
|
Kelompok Pintar
|
Kelompok
Lemah
|
||
Jumlah Siswa
|
Jumlah Scor
|
Jumlah Siswa
|
Jumlah Scor
|
|
5
|
0
|
0
|
0
|
0
|
4
|
0
|
0
|
0
|
0
|
3
|
2
|
6
|
1
|
3
|
2
|
8
|
16
|
3
|
6
|
1
|
4
|
4
|
7
|
7
|
0
|
0
|
0
|
3
|
0
|
nA = 14
|
SA = 26
|
nB = 14
|
SB = 16
|
TK = SA + SB – T
(Smin)
T (Smax – Smin)
= 26 + 16 – (28 x 0)
28 (5 – 0)
= 0.30 (sedang)
Daya
beda esay dapat dicari dengan rumus sebagai berikut:
DB = (SA – SB)_______
½ T (Smak-Smin)
1.
DB = SA – SB
½ T (Smax – Smin)
= 40 – 34
½ 28 (5 – 0)
= 0.08 (diganti)
2.
DB = SA – SB
½ T (Smax – Smin)
= 26 – 16
½ 28 (5 – 0)
= 0.14 (diganti)
Kriteria TK dan DB Essay adalah sebagai berikut:
0,00 - 0,29 = sukar (sk)
0,30 - 0,69 = sedang (sd)
0,70 - 1,00 = mudah (md)
0,30 - 1,00 = dipakai
0,20 - 0,29 = direvisi
< 0,20 =
diganti
[1]M. Sukardi.
[2]Oemar Hamalik
[3]M. Sukardi, Loc.Cit.
[4]Siswanto.
[5]Suharsimi
Arikunto.
[6]Suharsimi
Arikunto, Op.Cit.
[7]M. Sukardi.
[9]Gusmira Wita, Tes
Esai, blogspot.com, diakses pada hari Kamis, tanggal 08/01/2015
[11]Siswanto, Op.Cit.
[12]M. Sukardi, Op.Cit.
[13]M. Ngalim
Purwanto.
[14]M. Sukardi, Loc.Cit.
[15]Anas Sudijono.
[16]M. Sukardi, Op.Cit.
[17]Anas Sudijono, Op.Cit.
[18]M. Ngalim
Purwanto, Op.Cit.
[19]Gusmira Wita, Tes
Esai, blogspot.com, diakses pada hari Kamis, tanggal 08/01/2015
[20]M. Sukardi.
[21]Soenardi Djiwandono, Tes Bahasa (Pegangan
bagi Pengajar Bahasa), (Jakarta: PT Indeks, 2008), h. 59
[22]Kholifah, Sistem
Pemberian Skor, blogspot.com, diakses pada hari Kamis, tanggal 08/01/2015
[23]Muhammas Faiq, Penelitian
Tindakan Kelas (Syarat dan Aturan Penilaian Tes Esai), blogspot.com,
diakses pada hari Kamis, tanggal 08/01/2015
0 komentar